Sadar enggak sih, belakangan ini banyak konten yang kurang bermanfaat dari aplikasi tiktok, konten nge-prank di youtube, bahkan baru-baru ini, trending-nya driver ojek online yang antri untuk membeli paket makanan cepat saji.
Belum lagi drama dan film yang dengan genre-nya masing-masing, seolah
menjadi sebuah rekomendasi bahkan sampai standarisasi kemapanan, kecantikan,
kesuksesan, bahkan kebahagiaan. Sehingga, tanpa sadar, membuat kita menaikkan
standar ‘kesempurnaan’. Sudah pasti semua hanyalah semu, malah membuat kita
insecure sama diri sendiri. Lucunya, ketika sedih, baper dan insecure menghampiri,
barulah kita mengeluh dan ‘mengadu’ sama Allah. Amazing-nya lagi, keluhan kita
sering kali ditutup dengan kalimat, “Kenapa hidupku berat banget, ya Allah.”
Semua karena …
1. Masuknya Informasi
Manusia mempunyai dua
tipe makanan. Yang pertama, makanan untuk fisik, misalnya nasi goreng,
teoppoki, lasagna, nasi uduk, dan lain sebagainya. Dimana, jika kita salah
makan, resiko paling berat itu keracunan dan biasanya penyembuhannya tidak
sampai satu bulan.
Yang kedua, makanan untuk non fisik-untuk akal. Bentuknya berupa informasi. Bisa
dari drama dan film, kajian online, kelas menulis sampai gosip artis. Repotnya,
jika kita sampai salah ‘makan’, efeknya lama dan dampaknya sampai ke perilaku.
2. Tidak Mengenal Lebih Dekat dengan Tuhannya
Inilah faktor
penentunya. Pertanyaan tentang ‘Dari mana kita berasal’, ‘Untuk apa kita hidup
di dunia’, dan ‘Kemana kita setelah kematian’, yang seharusnya ketika memasuki
fase akil balig, tiga pertanyaan atas simpul besar kehidupan sudah terjawab
dengan benar.
Sehingga, kita terbiasa hidup sesukanya dan dengan pengetahuan seadanya. Sampai lupa bertanya, “Apa maunya Sang Pencipta didalam hidup kita.”
Salah Persepsi
Gegara dua faktor
tersebut, kita jadi salah persepsi terhadap apa yang sudah Sang Pencipta
berikan. Diberi harta,
kecerdasan, teman yang banyak, membuat kita bahagia dan berasumsi bahwa Allah-sebagai
Sang Pencipta- sayang sama kita. Tetapi, jika diberi kesulitan dan tidak
dikabulkan doa sesuai keinginan, kita berasumsi Allah berbuat tidak adil dan
tidak sayang sama kita.
Salah persepsi sama
Allah bisa membuat kita salah langkah. Dan dampaknya adalah, menjadikan kita
lupa sama Allah disaat senang, tetapi mendekat kepada-Nya disaat sulit.
Allah diperlakukan seperti UGD (Unit Gawat Darurat), yang jika belum genting, ya, enggak dicari. Astaghfirullah.
Padahal, Islam bilang ...
Sebagai seorang
muslim, segala sesuatu yang kita lakukan harus sesuai dengan aturan yang sudah
Sang Pencipta berikan.
Contoh nyata, ketika kita membeli handphone baru, pastilah manual
book yang dicari
terlebih dahulu, bukan? Apalagi ini, menyoal kehidupan.
Dan Islam, meminta kita untuk menjalankan peraturan dari Allah. Juga, menerima
dan bersyukur atas semua ketetapan-Nya.
Apa itu ketetapan Allah?
Segala sesuatu terjadi
dan berada di luar kendali manusia. Karena berada di luar kendali manusia
itulah, tidak ada hisab atasnya. Misalnya, hidung pesek, rambut hitam, mata sipit,
tubuh pendek, semuanya tidak dihisab. Tetapi bagaimana kita menyikapinya,
itulah yang dihisab. Makanya, jangan sekali-kali mengubah ciptaan-Nya, ya.
Lalu, apa yang harus dilakukan?
Allah Swt. berfirman
dalam Q.S Al-Baqarah ayat 152 yang artinya, “Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun
akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar
kepada-Ku.”
Jadi, tidak mungkin Allah meninggalkan kita. Jangan sampai kita seenaknya
datang ke Allah disaat susahnya saja.
Jangan jadi ‘Emergency People’. Yang datang kepada-Nya saat butuhnya saja
“… Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram.”
Q.S Ar-Rad : 28
Komentar
Suka banget dengan part ini mba. Harus pandai memilih dan memilah hal-hal yang patut dipikirkan dan yang memang harus diterima dengan ikhlas
Smoga kita semU diberi kemampuan utk selalu ingat ke Allah apapun kondisinya
Apalagi berita2 hoax banyak beredar
Padahal bener banget semua ada hisabnya