Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah.. setelah sekian lama, akhirnya bisa menulis lagi dan menepati janji mau sharing soal Manajemen Keuangan Keluarga- versi aku.
Siapa disini yang punya cita-cita Umrah, Rihlah dan keinginan-keinginan lainya udah nabung lamaaaa tapi masih aja belum terwujud?
sebagai cerita bonus, nanti aku sharing juga apa saja yang harus dipersiapkan
TAPI, disini aku lebih mau sharing gimana si aku mengatur keuangan keluarga
kok bisa aku baca buku itu? gak sengaja banget padahal, ada teman yang bawa buku itu ke kajian, dan karena aku tipe orang yang suka banget financial planning langsung banget tertarik
Yang ada dipikiranku saat itu, "ini gaji harus dihabiskan banget? bukannya harus bersisa untuk di tabung atau apa?"
Nah, teman-teman waktu baca judul blog aku, ngerasa gitu juga gak? angkat tangan yang merasakan hal yang sama (hehehehe)
dan ternyata emang iya, GAJI harus di habiskan DIJALAN YANG BENAR hahahaha
Sebelum praktek ke TEKNIS, aku dan suami alhamdulillah sambil belajar tentang KONSEP REZEKI dalam ISLAM
jadi alhamdulillah imbang ni, pemahaman teknis untuk di dunia dan pemahaman yang paling penting yaitu mengenai konsep rezeki itu sendiri
Jika suami dan istri sudah satu frekuensi, bakal enak banget ngejalaninnya. Jika belum, ajaklah diskusi mengenai pandangan pak suami dalam memandang konsep rezeki, adakah perbedaan pandangan dengan kita, jika iya, selesaikan terlebih dahulu mengenai hal ini dengan BAIK dan tetap HAPPY
Setelah memahami konsep rezeki dalam Islam, sudah satu frekuensi dengan suami, baru deyh bahas soal gimana niii cara menghabiskan gaji kita (asyiiiik kaaan - hehehehhe)
Sebelumnya, cara mengatur keuanganku dilakukan secara otodidak, dengan pembagian hanya di 3 Pos Besar, sebagai berikut :
1. Pendapatan : sumber dana kami berdua
2. Pengeluaran : semua kebutuhan (termasuk budget untuk belanja bulanan, iuran ini itu- pokoknya semua dan terakhir baru budget untuk sedekah)
Jangan kaget ya, iya banget budget sedakah aku urutkan diposisi hampir terakhir karena pemikiranku pada saat itu, kewajiban melakukan pembayaran kepada pihak ke-3 itu lebih penting, karena janji dan membeli kebutuhan bulanan juga wajib (astaghfirullah)
3. Tabungan : jika ada sisa cukup banyak, dibagi 2 untuk bisa dikasih ke orang tua, jika sisa nya sedikit yang hanya masuk di pos tabungan (malahan biasanya gak ada sisa siii, ups)
Tapiiiiiii menurut Ahmad Gozali, bukan gitu caranya, yang namanya laporan arus kas terbagi dengan rincian sebagai berikut :
1. Pendapatan (tentu saja kaaan)
2. PENGELUARAN WAJIB
Terdiri dari :
a. ZIS (Zakat, Infaq, Sedekah)
b. Tabungan Ibadah (ini bisa di pakai untuk menargetkan : Apa IMPIAN kita dalam waktu dekat).
Pada saat itu aku dan suami pengen banget UMRAH, sejak menikah kepengen terus, tapi gak kekumpul terus uang nya 😢😢
c. Segala Macam Pembayaran Wajib (Iuran anak sekolah, tagihan wifi, listrik, air pokoknya yang sifatnya tagihan dan cicilan rumah* - semoga di teman-teman tidak ada cicilan kendaraan, rumah yang sifatnya ribawi ya)
3. PENGELUARAN RUTIN
yang sifatnya rutin pasti keluar, tapi tidak wajib, karena bukan kepada pihak ke-3 tetapi lebih dari pengeluaran pribadi kita
coba cek 3 hal yang aku blok dengan warna gold, itu yang menurutku membuat AMAZING, sungguh matematika manusia gak bisa memprediksi matematikanya Allah, dimana dengan menggeser 3 point tadi dari pengeluaran yang urutannya dibawah, menjadi 3 teratas, Allah memberikan kemudahan dan kelancaran bagi kami.
dan alasan logis yang dikemukakan oleh Ahmad Gozali adalah, Pengeluaran Rutin adalah pengeluaran yang terjadi dengan rutinitas kita, jadi SANGAT BISA banget di modifikasi sesuai dengan kebutuhan, bukan keinginan.
Aku ambil contoh dari pengalaman pribadi, dimana aku menempatkan belanja bulanan setelah cicilan rumah, dan yang terjadi adalah ketika belanja bulanan rasanya aku MEMBUTUHKAN semua hal yang ada di supermarket yang jika aku praktekkan sekarang dimana aku belanja bulanan dari SISA GAJI yang ada, daaaan surprise nya adalah kami gak merasa kekurangan ini itu sampai akhir bulan tiba.
ALLAH gak pernah ingkar janji, karena Allah memberikan KECUKUPAN kepada kita, kita nya aja yang suka merasa KEKURANGAN (dasar aku!)
PERSAMAAN pengaturan keuangan kami dulu dan sekarang adalah tentu saja GAJI KAMI SAMA-SAMA HABIS
tapi PERBEDAAN mendasarnya adalah, kami punya Tabungan IBADAH dan sebagai BONUS nya, Allah mengabulkan keinginan kami untuk bisa UMRAH
tabungan yang kami coba dari awal menikah di 2012 yang gak pernah terkumpul, tapi sejak menggunakan format ini tabungan Umrah mulai di Juli 2017 berangkat Umrah di Maret 2018 (alhamdulillah.. atas izin dan ridho Allah SWT)
jadi, jika aku resume sedikit, kunci nya adalah :
1. Perkuat Aqidah Islam
Belajar bareng sama suami
Karena Islam mengajarkan dan memberikan solusi bahkan sampai bagaimana kita mengatur keuangan keluarga, karena kita akan di pertanggungjawabkan :
2. Pahami Konsep Rezeki dalam Islam
3. Pahami cara Allah mengabulkan doa hambanya dengan 3 cara : - Langsung dikabulkan
Karena Allah Maha Mengetahui, kita bisa mengembannya
- Di Pending, dan di kabulkan kemudian
Karena Allah Maha Mengetahui kita belum cukup mampu untuk mengembannya pada saat itu
- Di Alihkan dengan yang Lebih Baik (menurut Allah)
Karena Allah Maha Mengetahui apa yang kita butuhkan bukan yang kita inginkan
Jadiiii kita gak baper dan tetap husnudzon dengan rencana Allah
wallahu 'alam bi shawab
Semoga apa yang disharing hari ini menjadi manfaat, kita bisa memilah lagi antara KEBUTUHAN dan KEINGINAN sehingga benar-benar bisa membelanjakan harta tetap dalam rangka ketaatan kepada Allah SWT.
Alhamdulillah.. setelah sekian lama, akhirnya bisa menulis lagi dan menepati janji mau sharing soal Manajemen Keuangan Keluarga- versi aku.
Siapa disini yang punya cita-cita Umrah, Rihlah dan keinginan-keinginan lainya udah nabung lamaaaa tapi masih aja belum terwujud?
sebagai cerita bonus, nanti aku sharing juga apa saja yang harus dipersiapkan
TAPI, disini aku lebih mau sharing gimana si aku mengatur keuangan keluarga
disclaimer dulu ya.. bukan berarti metodeku yang paling benar, tetapi sejauh ini metodeku ini cocok untuk aku terapkan di keluarga kecil kami, nanti dipersilahkan teman-teman memodifikasi sesuai dengan style dan kondisi keluarga teman-teman.Aku mulai mempraktekkan cara ini sejak membaca buku karya Ahmad Gozali dengan judul HABISKAN SAJA GAJIMU di tahun 2017
kok bisa aku baca buku itu? gak sengaja banget padahal, ada teman yang bawa buku itu ke kajian, dan karena aku tipe orang yang suka banget financial planning langsung banget tertarik
Yang ada dipikiranku saat itu, "ini gaji harus dihabiskan banget? bukannya harus bersisa untuk di tabung atau apa?"
Nah, teman-teman waktu baca judul blog aku, ngerasa gitu juga gak? angkat tangan yang merasakan hal yang sama (hehehehe)
dan ternyata emang iya, GAJI harus di habiskan DIJALAN YANG BENAR hahahaha
Sebelum praktek ke TEKNIS, aku dan suami alhamdulillah sambil belajar tentang KONSEP REZEKI dalam ISLAM
jadi alhamdulillah imbang ni, pemahaman teknis untuk di dunia dan pemahaman yang paling penting yaitu mengenai konsep rezeki itu sendiri
Jika suami dan istri sudah satu frekuensi, bakal enak banget ngejalaninnya. Jika belum, ajaklah diskusi mengenai pandangan pak suami dalam memandang konsep rezeki, adakah perbedaan pandangan dengan kita, jika iya, selesaikan terlebih dahulu mengenai hal ini dengan BAIK dan tetap HAPPY
Setelah memahami konsep rezeki dalam Islam, sudah satu frekuensi dengan suami, baru deyh bahas soal gimana niii cara menghabiskan gaji kita (asyiiiik kaaan - hehehehhe)
Sebelumnya, cara mengatur keuanganku dilakukan secara otodidak, dengan pembagian hanya di 3 Pos Besar, sebagai berikut :
1. Pendapatan : sumber dana kami berdua
2. Pengeluaran : semua kebutuhan (termasuk budget untuk belanja bulanan, iuran ini itu- pokoknya semua dan terakhir baru budget untuk sedekah)
Jangan kaget ya, iya banget budget sedakah aku urutkan diposisi hampir terakhir karena pemikiranku pada saat itu, kewajiban melakukan pembayaran kepada pihak ke-3 itu lebih penting, karena janji dan membeli kebutuhan bulanan juga wajib (astaghfirullah)
3. Tabungan : jika ada sisa cukup banyak, dibagi 2 untuk bisa dikasih ke orang tua, jika sisa nya sedikit yang hanya masuk di pos tabungan (malahan biasanya gak ada sisa siii, ups)
tabel 1. Laporan Arus Kas sebelumnya
Tapiiiiiii menurut Ahmad Gozali, bukan gitu caranya, yang namanya laporan arus kas terbagi dengan rincian sebagai berikut :
1. Pendapatan (tentu saja kaaan)
2. PENGELUARAN WAJIB
Terdiri dari :
a. ZIS (Zakat, Infaq, Sedekah)
b. Tabungan Ibadah (ini bisa di pakai untuk menargetkan : Apa IMPIAN kita dalam waktu dekat).
Pada saat itu aku dan suami pengen banget UMRAH, sejak menikah kepengen terus, tapi gak kekumpul terus uang nya 😢😢
c. Segala Macam Pembayaran Wajib (Iuran anak sekolah, tagihan wifi, listrik, air pokoknya yang sifatnya tagihan dan cicilan rumah* - semoga di teman-teman tidak ada cicilan kendaraan, rumah yang sifatnya ribawi ya)
3. PENGELUARAN RUTIN
yang sifatnya rutin pasti keluar, tapi tidak wajib, karena bukan kepada pihak ke-3 tetapi lebih dari pengeluaran pribadi kita
tabel 2. Laporan Arus Kas saat ini
dan alasan logis yang dikemukakan oleh Ahmad Gozali adalah, Pengeluaran Rutin adalah pengeluaran yang terjadi dengan rutinitas kita, jadi SANGAT BISA banget di modifikasi sesuai dengan kebutuhan, bukan keinginan.
Aku ambil contoh dari pengalaman pribadi, dimana aku menempatkan belanja bulanan setelah cicilan rumah, dan yang terjadi adalah ketika belanja bulanan rasanya aku MEMBUTUHKAN semua hal yang ada di supermarket yang jika aku praktekkan sekarang dimana aku belanja bulanan dari SISA GAJI yang ada, daaaan surprise nya adalah kami gak merasa kekurangan ini itu sampai akhir bulan tiba.
ALLAH gak pernah ingkar janji, karena Allah memberikan KECUKUPAN kepada kita, kita nya aja yang suka merasa KEKURANGAN (dasar aku!)
PERSAMAAN pengaturan keuangan kami dulu dan sekarang adalah tentu saja GAJI KAMI SAMA-SAMA HABIS
tapi PERBEDAAN mendasarnya adalah, kami punya Tabungan IBADAH dan sebagai BONUS nya, Allah mengabulkan keinginan kami untuk bisa UMRAH
tabungan yang kami coba dari awal menikah di 2012 yang gak pernah terkumpul, tapi sejak menggunakan format ini tabungan Umrah mulai di Juli 2017 berangkat Umrah di Maret 2018 (alhamdulillah.. atas izin dan ridho Allah SWT)
jadi, jika aku resume sedikit, kunci nya adalah :
1. Perkuat Aqidah Islam
Belajar bareng sama suami
Karena Islam mengajarkan dan memberikan solusi bahkan sampai bagaimana kita mengatur keuangan keluarga, karena kita akan di pertanggungjawabkan :
Rasulullah SAW bersabda,
لَا تَزُوْلُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ أَرْبَعٍ عَنْ عُمُرِهِ فِيْمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ جَسَدِهِ فِيْمَا أَبْلَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ مَاذَا عَمِلَ فِيْهِ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَا أَنْفَقَهُ (رَوَاهُ ابْنُ حِبَّانَ وَالتِّرْمِذِيُّ)
“Kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak dari tempat hisabnya pada hari kiamat hingga ia ditanya mengenai empat hal: (1) umurnya, untuk apakah ia habiskan, (2) jasadnya, untuk apakah ia gunakan, (3) ilmunya, apakah telah ia amalkan, (4) hartanya, dari mana ia peroleh dan dalam hal apa ia belanjakan” (HR Ibnu Hibban dan at-Tirmidzi)
Dan salah satu KEWAJIBAN Istri dan menjadi HAK suami adalah Istri yang memelihara rumah dan harta suaminya
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memuji wanita yang sayang kepada suaminya, penuh perhatian kepadanya, dan menjaga hartanya, dengan sabdanya:
خَيْرُ نِسَاءٍ رَكِبْنَ اْلإِبِلَ صَالِحُ نِسَاءِ قُرَيْشٍ، أَحْنَاهُ عَلَى وَلَدٍ فِي صِغَرِهِ، وَأَرْعَاهُ عَلَى زَوْجِهَا فِي ذَاتِ يَدِهِ
“Sebaik-baik wanita yang menaiki unta adalah wanita Quraisy yang shalihah; yang paling sayang kepada anak pada masa kecilnya dan yang paling memelihara hak-hak suaminya.”
Al-Bukhari (no. 3434) kitab Ahaadiitsul Anbiyaa’, Muslim (no. 2527) kitab Fadhaa-ilush Shahaabah
2. Pahami Konsep Rezeki dalam Islam
3. Pahami cara Allah mengabulkan doa hambanya dengan 3 cara : - Langsung dikabulkan
Karena Allah Maha Mengetahui, kita bisa mengembannya
- Di Pending, dan di kabulkan kemudian
Karena Allah Maha Mengetahui kita belum cukup mampu untuk mengembannya pada saat itu
- Di Alihkan dengan yang Lebih Baik (menurut Allah)
Karena Allah Maha Mengetahui apa yang kita butuhkan bukan yang kita inginkan
Jadiiii kita gak baper dan tetap husnudzon dengan rencana Allah
wallahu 'alam bi shawab
Semoga apa yang disharing hari ini menjadi manfaat, kita bisa memilah lagi antara KEBUTUHAN dan KEINGINAN sehingga benar-benar bisa membelanjakan harta tetap dalam rangka ketaatan kepada Allah SWT.
Mohon maaf jika ada kesalahan, sampai jumpa lagi di sharing selanjutnya
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Komentar
Sangat bermanfaat. Makasih Mbaa
Jelas banget mba sharingnya. Semoga aku juga bisa meniru.
Tq for sharing, semoga bisa saya dipraktekan 😊
Bermanfaat banget ini Mba 😊. Terimakasih sharingnya Mba 😊